Ketika suatu hewan menjadi
dewasa, perilakunya akan dipengaruhi kelompok sosial dan lingkungannya. Proses
pengaruh lingkungan yang pertama kali diperoleh hewan akan menjadi peristiwa
imprinting bagi hewan. Pada peristiwa filial imprinting pengaruh sosial terjadi
dari dua induk (orang tua) dan
keturunannya.
Beberapa study memperlihatkan
bahwa interaksi sosial yang terjadi antara induk keturunan selama periode
kritis menjadi kunci perkembangan perilaku yang normal. Penelitian akhir-akhir
ini juga telah mengungkap tentang pentingnya kebutuhan biologis antara ibu anak untuk merangsang
hubungan antara ibu-anak dalam masa awal hidupnya.
Penelitian harry harlow terhadap
bayi manusia mengungkapkan bahwa kehadiran “figure/tokoh ibu” sangat diperlukan
bagi sang bayi dan anak-anak untuk pertumbuhan yang normal dan perkembangan
psikologisnya.
Gangguan pada kesejahteraan
hewan dapat diamati berdasarkan 3 indikator yaitu: Indikator fisiologi dan
psikologi, indikator immun dan produksi serta indikator perilaku. Perubahan
yang terjadi pada hewan dapat diamati berdasarkan perubahan pada fisik, mental
maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan yang buruk yang berkelanjutan akan
memicu timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari gangguan kesejahteraan
hewan. Yang mana efek penyakit pada kesejahteraan satwa adalah penderitaan
panjang pada hewan.
Secara fisiologi kondisi
perubahan kesejahteraan hewan akan mengaktifkan sistem saraf pusat (SSP) dan
memberikan respon baik pada sistem saraf otonom maupun sistem endokrin. Akibat
dari respon sistem saraf otonom akan berdampak pada Sistem SAM (Simpatetic
Adrenal Medulary) dan Sistem PNS (Parasimpatetic Nervous System).
Respon Sistem SAM mengakibatkan peningkatan Cardiac output
(tachycardia, cardiac muscle contraction), peningkatan aliran darah ke otot
(vasokontriksi perifer, kontraksi limfa), peningkatan air intake
(respiratory rate, relaksasi bronkhiol). Sementara respon dari Sistem PNS (Parasimpatetic
Nervous System) adalah penurunan Cardiac output (branchicerdia).
Secara umum akibat dari
perubahan animal welfare adalah munculnya stress dengan gejala seperti
Peningkatan aktifitas adrenocortical, penurunan aktifitas hormonal reproduksi,
penurunan performance, peningkatan tekanan darah kronis, meningkatnya
kerentanan penyakit, gastric ulcer, penyembuhan luka yang lama, Cardiovascular
pathologis, immunosuppressive dan juga kematian.
Contoh pengabaian kesejahteraan
hewan pada hewan ternak dan hewan potong akan menimbulkan ketakutan, distress
dan rasa sakit. Keadaan ini dapat terjadi selama proses penyembelihan,
pengangkutan dan pemasaran karena keterbatasan hewan dalam membangun group
sosial juga karena persediaan pakan dan minum yang buruk. Efek stress pada
hewan sebelum dipotong akan berdampak buruk pada kualitas karkas yang disebut Dark
Firm Dry (DFD).
Dark Firm Dry (DFD)
terjadi akibat dari stress pre-slaughter sehingga mengosongkan persediaan
glycogen pada otot. Keadaan ini menyebabkan kadar Asam laktat pada otot
berkurang dan meningkatkan pH daging melebihi dari normal. Pada kondisi seperti
ini maka proses post mortem tidak berjalan sempurna terlihat pada warna daging
terlihat lebih gelap, kaku dan kering yang mana secara umum lebih alot dan
tidak enak. pH daging yang tinggi akan mengakibatkan daging lebih sensitif
terhadap tumbuhnya bakteri. DFD beef adalah indikator dari stress, luka,
penyakit atau kelelahan pada hewan sebelum disembelih.